Orasi Ilmiah Wisuda IAI As-Siddiq Kie Raha: Budaya Lokal Jadi Pondasi Pendidikan Karakter di Era 5.0

Orasi ilmiah dari Dr. Hasrul, S.Pd.I., M.Pd., Dosen Institut Sains dan Kependidikan Kie Raha Maluku Utara.

TERNATE,Legapost.id —Institut Agama Islam (IAI) As-Siddiq Kie Raha Maluku Utara menggelar wisuda tahun akademik 2025/2026 di Ballroom Muara Hotel Ternate, Sabtu (15/11/2025). Acara yang dihadiri Gubernur Maluku Utara, Kopertais Wilayah VIII, YPSDM-MUI, serta civitas akademika itu turut menampilkan orasi ilmiah dari Dr. Hasrul, S.Pd.I., M.Pd., Dosen Institut Sains dan Kependidikan Kie Raha Maluku Utara.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Dari Tradisi ke Transformasi: Nilai Budaya Lokal sebagai Basis Pendidikan Karakter dan Penguatan Moderasi Beragama Peserta Didik di Era 5.,” Dr. Hasrul menegaskan bahwa kemajuan teknologi tanpa fondasi moral hanya akan menciptakan generasi pintar secara digital namun rapuh secara sosial.

Di hadapan para wisudawan, Dr. Hasrul menyampaikan bahwa masyarakat kini hidup dalam era Society 5.0, di mana ruang digital dan fisik berpadu dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, pendidikan tidak boleh hanya menyiapkan kecakapan teknologi, tetapi juga karakter, identitas budaya, dan kemampuan toleransi.

“Kemajuan tanpa kearifan adalah kesenjangan baru antara manusia dan nilai kemanusiaannya sendiri,” ujar Hasrul yang juga Pendiri utama kampus IAI As-Siddiq Kie Raha Maluku Utara dalam orasinya.

Ia menegaskan nilai budaya lokal seperti marimoi ngone futuru, maku gawene, toma loa se banari, Orom Sasadu, Fagogoru, hingga Hibualamo, adalah fondasi karakter masyarakat Maluku Utara yang harus dihidupkan kembali dalam pendidikan modern.

Hasrul menjelaskan dua pendekatan penting untuk mentransformasikan nilai budaya dalam pendidikan masa kini:

  1. Ethno-Pedagogi, yakni pembelajaran yang mengintegrasikan cerita rakyat, permainan tradisional, bahasa lokal, hingga ritual adat sebagai media pendidikan karakter.
  2. Ethno-Counseling, yaitu layanan konseling yang menyesuaikan nilai dan identitas budaya peserta didik sehingga lebih mudah diterima dan bermakna.

Berbagai penelitian, kata Hasrul, membuktikan bahwa pendekatan berbasis budaya memberikan dampak positif dalam peningkatan empati, kerukunan, hingga pencegahan bullying.

“Tradisi bukan barang pajangan. Ia harus ditransformasikan menjadi kekuatan pendidikan modern,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa nilai budaya lokal memiliki posisi strategis dalam memperkuat moderasi beragama—sikap beragama yang seimbang, toleran, dan mampu hidup dalam keberagaman.

“Nilai seperti marimoi ngone futuru atau Hibualamo adalah ruang netral yang melintasi batas agama, menjadi fondasi moderasi beragama yang moderat dan inklusif,” jelasnya.

Dalam orasinya, Dr. Hasrul memberikan sejumlah rekomendasi strategis:

  • Integrasi kurikulum berbasis budaya lokal oleh Dinas Pendidikan dan perguruan tinggi.
  • Pelatihan guru dan konselor untuk menerapkan ethno-pedagogi dan ethno-counseling.
  • Kolaborasi dengan lembaga adat dan tokoh budaya dalam praktik pendidikan.
  • Pengembangan platform digital dan media pembelajaran berbasis kearifan lokal.
  • Penelitian berkelanjutan untuk melahirkan multimedia budaya berbasis teknologi AR/VR.

Menutup orasinya, Hasrul mengajak seluruh wisudawan menjadi agen perubahan yang berkarakter, moderat, dan berdaya saing global.

“Tugas kita bukan hanya mencetak lulusan cerdas secara teknologi, tetapi juga generasi yang mampu hidup dalam keragaman tanpa diskriminasi dan konflik,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan pesan budaya Ternate melalui Dalil Tifa:

“Ngone Doka Dai Loko, Ahu Yo Mafara-Fara… Doka Saya Raku Moi.” (Kita bagaikan bunga yang tumbuh terpencar, tetapi tetap indah ketika terhimpun bersama.)

Acara wisuda IAI As-Siddiq Kie Raha tahun ini bukan hanya menjadi penanda kelulusan, tetapi juga momentum intelektual untuk mendorong transformasi pendidikan berbasis kearifan lokal di Maluku Utara—sebuah langkah melahirkan generasi berkarakter kuat dalam menghadapi era digital yang semakin kompleks.(*)

Komentar

Loading...