Wito Oti, Budaya Warisan Nenek Moyang Digelar Warga Desa Saria

HALBAR,Legalpost--.id – Warga gotong royong melakukan Wito Oti atau proses perahu nelayan turun ke laut, salah satu budaya warisan nenek moyang, yang berlangsung di RT 01 desa Saria, kecamatan Jailolo, kabupaten Halmahera Barat, pada Minggu 13 Agustus 2023.

Wito Oti adalah salah satu tradisi budaya peninggalan nenek moyang pelaut daerah Maluku Utara, yakni peresmian saat perahu Pajeko (Kapal Nelayan) yang baru selesai dibuat untuk pertama kali di turunkan ke laut.

Pajeko yang bernama Sinar Manado terpantau sedang dilakukan prosesi Wito Oti pada pukul 06,00 WIT setelah sebelumnya dibacakan do’a. Diatas pajeko terdapat tumpeng Nasi kuning dan telur rebus, yang merupakan makanan pelengkap pada tradisi Wito Oti.

Pantauan Portal Desa di lokasi tampak seluruh warga bergotong royong menurunkan perahu (Wito Oti) ke laut, usai dilakukan pembacaan doa selamat, seluruh warga yang terlibat menghadiri prosesi Wito Oti dapat mencicipi nasi kuning yang ada di atas perahu, kemudian setelah itu semua warga berjejer di dua sisi depan perahu memegang tali untuk menarik perahu bersama-sama menuju laut.

Terlihat ada seseorang yang berdiri di atas perahu bertugas sebagai komando memberikan aba aba dengan meneriakkan kata “Orecele o Orecele o, o Tobo i Tobi ” yang diikuti warga menarik perahu secara bersama.

Orecela memiliki arti pegangan yang erat, bahwa aba aba yang di berikan salah seorang komando itu, teriak Orecele sebanyak tiga kali diikuti dengan menarik tali dengan tenaga ekstra terlihat sangat kompak hingga perahu masuk ke air laut.

Selain itu sebagian warga juga menyiapkan beberapa potong kayu yang begitu banyak dan di susun secara rapih sebagai alas agar perahu tersebut berjalan lancar dan lebih cepat, setelah perahu sampai di bibir pantai komando yang berdiri di atas perahu menggantikan aba aba “Orecele O Orecele O, o sirato o sirato dengan nada keras bahwa sudah mendekati di bibir pantai maka pegangan yang erat ayo selesaikan dan secepatnya sampai ke laut.

Lebih menarik lagi, ketika perahu sudah sampai di laut seluruh warga yang melakukan Wito Oti semua di siram dengan air laut hingga membasahi tubuh, terutama keluarga para pemilik perahu pajeko semua wajib untuk dibasahi, dan setelah itu semua anak anak naik ke perahu pajeko untuk mengikuti percobaan perahu di depan kampung dan mengelilingi sebanyak tiga kali.

Menurut informasi yang diterima Portal Desa, bahwa hal tersebut sudah menjadi tradisi di Desa Saria ketika ada perahu pajeko yang baru di resmi, akan melakukan hal yang sama, jadi H-2 sampai H-1 di tempat perahu sudah mulai ramai para warga yang mendatangi di tempat perahu ini.

Sementara itu Bul salah satu pemilik kapal tersebut menyatakan bahwa perahu tersebut merupakan perahu yang ketiga yang diberi nama Sinar Mado, berukuran panjang 19,65 meter sementara Lebar 3 Meter. Untuk muatan berkisar 7-8 Ton.

“Harapan kami semoga perahu yang baru saja turun ini yakni sinar Mado membawa keberkahan, di mudahkan saat melaut dan serta dapat di berikan rezeki, oleh Allah SWT Amin,” tutupnya. (Tim)

Komentar

Loading...