Karamat Awali Harlah Jou Baabullah Dengan Diskusi Publik

TERNATE,legalpost.id-Diskusi publik harlah Jou Baabullah Pahlawan Nasional yang jatuh pada 10 Februarai 2021, yang berlangsung di Karaton Kesultanan Ternate, Senin (8/2/2021) malam tadi resmi diselenggarakan
Diskusi dengan tema 'Mentalitas Bangsa dan Rekronstruksi Masyarakat Kepulauan', yang di gagas Keluarga Malamo Ternate (Karamat) menghadirkan sejumlah narasumber Herman Oesman, Jubair Situmorang, Aji Deni dan Plt Kadis Pendidikan Kota Ternate
Wawam Ilyas mewakili panitia kegiatan tersebut mengatakan pertama-tama terima kasih untuk semua pihak yang sudah berpartisipasi mensukseskan dialog publik ini di pandopo kadato sebagi agenda pertama peringati Harla Jou Baabullah
Menurutnya, pihaknya juga sangat berterima kasih kepada ke empat narasumber dialog yang sangat kritis dan realistis di dalam menelaah materi masing-masing di bawah tema besar dan peserta yang memberi respon dalam proses dialogis forum. Pihaknya sebagai panitia melihat bobotan diskusinya sangat penting karena langsung menyentuh pada problem paling mendasar di negeri ini
“Dialog telah menegasikan banyak hal. Misalnya, bagaimana supaya spirit dan tabeat Baabullah dapat diinstitusionalisasikan dalam bentuk desain kurikulum pendidikan lokal di negeri ini,”ujarnya
Lanjutnya, hal ini mengingat sistem pendidikan konvensional saat ini hampir tidak punya pijakan dasar kebudayaan yang menjadi suluh peradaban masyarakat Moloku Kie Raha. Baabullah menorehkan semangat kolektifisme, namun hari sistem pendidikan kita lebih mengarah pada semngat individualis dan kompetisi.
“Itu sebabnya penting melakukan studi-studi berlanjut termasuk mengenai bagaimana arah studi mengenai karakter dan persepsi masyarakat ‘kepulauan’ dilihat dari praktek budaya dan dimensi religius. Yang tentu berbeda dengan praktek ke-Islam-an pada masyarakat ‘pedalaman’ di daerah lain,”jelasnya
Sekali lagi kegiatan malam tadi dialognya sangat ‘bergizi’, karena bahkan berusaha menjelaskan secara detil problem kelembagaan baik dalam pemerintah, kesultanan maupun dalam komunitas masyarakat Malut. Poinnya kita memang butuh proses ‘pembongkaran’ secara serius dan terukur terhadap perilaku-perilaku sosial yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Baabullah.
Di media sosial maupun dalam dunia nyata masih banyak tindakan-tindakan yang menyalahi etika dan semangat religius Sultan Baabullah
“Oleh karena itu, butuh melakukan apa yg disebut pemateri keempat Herman Oesman sebagai kulturisasi struktur dan strukturisasi kultur,”ungkapnya
Ia menambahkan, harus ada proses memproteksi kebiasaan dimulai dari lingkup keluarga, lingkungan sosial maupun dalam peraturan-peraturan daerah. Komitmennya kita mesti benar-bebar melakukan apa yang diwarisi Baabullah, sebagaimana kata Jubair Situmorang. Jangan hanya berbangga pada kebesaran sejarah namun tidak teraktualisasi dalam perilaku setiap hari.
Kita juga menerima ‘provokasi intelektual’ yg sangat baik dari narasumber yang membahas Baabullah dalam kontek nilai-nilai politik Islam, Aji Deni. Semangat kepemimpinan Baabullah ditafsir mengikuti semangat kepemimpinan Islam mulai dari politik keadilan dari Rasulullah SAW membebaskan Mekkah dan Madinah dari kezholiman sampai Sultan Al-Fatih yang meruntuhkan konstantinopel sebagai imperium terbesar Romawi di Timur kala itu.
Ada nilai kemanusiaan di sana, dimana semua orang dibebaskan dari tekanan penjajahan. Warisan Baabullah termasuk menyentuh pada strategi dan taktik mempertahankan kedaulatan yang mirip dengan perjuangan para pembesar Islam.
“Bahkan dialog itu semacam memberi sinyal legacy politik untuk menata kembali daerah-daerah kesultanan dalam konteks pengelolasn haknya di masing-masing wilayah. Inilah yang mesti diakui negara selain dari mengakui Baabullah sebagai pahlawan nasional,”pungkasnya(Tim)
Komentar