Covid-19
Tulisan Pasien Positif Covid-19 Malut via WhatsApp Kepada Wartawan
Ternate,LegalPost.id-sebagian pasien positif virus Corona Maluku Utara hingga saat ini tidak percaya dengan pernyataan yang mengalamatkan mereka benar-benar positif kena virus corona. Pasalnya, karena kondisi mereka yang sangat sehat dan tidak ada gejala apapun.
Klo pak Ruslan mo bkin berita lagi, jangan tulis saya p nama ee.. ? Awal tulisan pasien itu kepada wartawan ini via WhatsApp Jum'at 01 mei 2020
Lanjutan tulisan dia (pasien) ini
Sebagian pasien ia berkata "seandainya ada seorang yang mengatakan "awas rumah kamu sedang kebakaran,," lalu tidak nampak gejala apapun oleh orang-orang yang melihat rumah itu,, tidak ada api, tidak ada asap,, bahkan orang yang masih didalam rumah tersebut tidak merasakan adanya hawa panas dan gejala-gejala kebakaran lainnya.
Tapi tiba-tiba orang lain mengatakan "rumah anda memang sedang kebakaran,, tp kebakaran tanpa gejala, atau disingkat KTG.. (kebakaran tanpa gejala).."
Maka kami rasa hal itu tidak masuk akal bagi manusia pada umumnya.
Kami sehat-sehat gak ada gejala sama sekali,, tapi dinyatakan positif, maka kami sebagai masyarakat yang awam ini merasa tidak masuk akal.. Maka diharapkan kepada pihak kesehatan untuk menerangkan lebih jelas dan lebih rinci lagi terhadapap masalah ini.
(klo bisa dengan berupa keterangan yang tertulis)..
contohnya : Pasien 1, anti bodi sekian per-sen (...%),, karna anti body nya kuat sekian per-sen, darahnya sekian, panas tubuhnya sekian derajat, detak jantungnya sekian, kondisi Paru-parnya sekian,, maka karena itulah ia bukan cuma tidak terlihat adanya gejala virus ini pada dirinya, bahkan dia sendiri pun tidak merasakan adanya gejala (demam, pilek, batuk, bersin, sesak napas, dan lain sebagainya) sama sekali.
Karena bukannya kami (para pasien) tidak percaya terhadap pernyataan tim Gugus terhadap kami,, tapi karena realitanya yang begitu berlawanan,, kami harus butuh untuk diberi penjelasan serta bukti-bukti yang lebih lanjut.
Dengan tujuan supaya para pasien, keluarga pasien maupun masyakat umum bisa sama-sama saling percaya. Sama-sama mendalami pengetahuan tentang penyakit ini,, dan juga bisa sama-sama untuk menjalin kerja sama dengan tim Gugus di daerah manapun ia berada..
Kemarin ada seorang dokter, sebut saja dokter X,, dia membenarkan pernyataan kepada kami bahwa virus apapun atau penyakit apapun yang ada di dalam diri manusia ini, pasti akan ada gejala.. Dan jika gejalanya sedikit, kemungkinan tidak akan terlihat bagi orang lain tapi dapat dirasakan oleh orang yang mengalaminya sendiri.
Beliau (Dokter X) katakan lagi..
"Tp khusus untuk virus ini nih, dia tidak memiliki gejala sama sekali.. "
Hahahaa..
(lantas kami para pasien pun tertawa dan berkata) "waduh.. Ini virus, ngerepotin banget ya ?.. "
Si dokterpun terlihat ikut tertawa juga deh akhirnya..
Kami juga bertanya "Dokter, kok virus corona yang kita lihat di China dan Negara-negara lainnya kayak film horor ya?. Ngeri bangat,, orang saling berjatuhan di jalanan, tokoh, tempat kerja dan lain sebagainya..
Tapi kok kita yang dikatakan positif gak kayak gitu ya? Malahan gak ada keluhan sama sekali.
Atau jangan-jangan virus yang ada pada diri kami bukan virus corona?
Jawab dokter "karena virus ini nih, sifatnya berubah-ubah dan tidak ada yang tau pasti mengenai perubahan sifatnya itu.. Dia tidak memiliki sifat yang tetap.. (kurang lebih seperti yang beliau maksud)..
Kamipun diam mendengar,, stelah itu kami bicara lagi,,
"okelah klo memang demikian pak Dokter.. Tp kan yang dokter jelasin itu baru teorinya,, dokter juga harus menjelaskan dengan cara memberikan bukti hasil swab yang membuktikan bahwa kami memang benar-benar terjangkit virus corona.. "
Jawab dokter "Nanti hasilnya akan segera keluar bersamaan dengan hasil swab yang ke-2.
Kami pun merasa heran dan bertanya.. "klo hasil yang pertamanya belum keluar, kenapa udah dipublikasikan bahwa kami positif? "
Jawab dokter lagi, "ada sih hasil swabnya yang pertama.. "
Berkata lagi kami "klo gitu, serahkan ke kami, kami mau lihat.. "
Dokter menjawab "kami pihak rumah sakit tahu hukumannya,, dan kami tidak akan mengklaim seseorang terkena suatu penyakit apapun melainkan berdasarkan dari diagnosa dan analisis terlebih dahulu.."
Jawab kami, "memang benar,, tapi kan kami cuma minta diberikan kepada kami hasil analisis swabnya,, apakah salah? "
Jawab dokter "itu dirahasiakan.. "
Kami pun berkata lagi "kan itu dirahasiakan untuk umum, bukan kepada pasien itu sendiri.? Ya pasien juga kan punya hak atas itu.. "
Singkat cerita, jawab beliau berikutnya "ada statusnya disni (di Rumah sakit), tapi apakah kalian menjamin klo statusnya di bawa kesini untuk kalian lihat, akan aman dan steril dari virus yangg ada disni..?" beliau menambahkan juga "tempat ini (tempat isolasi kami saat ini) kan tidak steril.. Jadi klo statusnya di bawa kesni, nanti virusnya nempel.. "
Jawab kami "kan bisa di copy aja ke atau di scan aja ke gimana, biar yang tinggal kasih aja,, biar keluarga kita juga bisa lihat dan terima kenyataannya"
Kata dokter "jangan dilihatkan ke keluarga,, nanti tambah tersebar berita bahwa kalian itu positif terjangkit virus corona.. "
"tidak diperlihatkan hasil swabnya saja udah tersebar luaskan, apalagi diperlihatkan.. Tambah parah nanti jadinya.. "
(tambah si Dokter)
Lantas kami pun ketawa dan berkata "okelah klo gitu.. "
Di akhir perbincangan, kami memberikan saran kepada tim gugus lewat dokter tersebut,, yakni klo bisa di rapid test itu jangan gunakan bahasa "positif - negatif" tapi gunakanlah yang sebagaimana kerja alat tersebut, yaitu mendeteksi anti body yang terbentuk dalam tubuh manusia dengan menggunakan kata "reaktif - non reaktif..",, supaya tidak mengklaim bahwa orang yg terdeteksi oleh rapid test itu sekian per-sen (..%) sudah positif terjangkit virus Corona.. Padahal setahu kami (masyarakat umum yang minim pengetahuan medisnya), rapid test itu bukan untuk mendeteksi adanya virus, tetapi untuk mendeteksi anti body yang terbentuk dan juga imun tubuh yang lemah,, jadi klo ada orang yg anti bodynya terbentuk, kemungkinan benar akan adanya suatu virus didalam tubuhnya, tapi tidak diketahui virus apakah itu!,
Bisa jadi flu biasa, flu burung, sinusitis, dan lain sebagainya.. "
Maka dari itu, dengan menggunakan bahasa reaktif - non reaktif dan memberi penjelasan lebih lanjut kepada orang-orang yang mengikuti rapid test atau kepada semua orang tentang kegunaan alat tersebut, kepanikan masyarakat pun bisa disesuaikan dengan keadaan (tidak panik melebihi realita dan fakta)..
Alhamdulillaah si dokter pun terlihat membenarkan dan diam aja, kemudian beliau berkata "okelah klo gitu ya.." lalu pamit dan mendatangi para pasien di kamar lain.
Itulah tulisan pasien positif covid-19 yang saat ini di isolasi di rumah sakit Chasan Boesoerie Terntae kepada wartawan legalpost.id..
Komentar